Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah keadaan di mana pembuluh darah plasenta (ari-ari) atau bagian-bagian lain dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Ini merupakan salah satu masalah kehamilan serius karena bisa membahayakan nyawa penderita.
Setelah seorang wanita melahirkan, plasenta yang normal biasanyah akan terlepas dari dinding rahim. Namun pada plasenta akreta, sebagian atau seluruh plasenta tetap melekat erat pada dinding rahim. Kondisi inih sangat berisiko menyebabkan perdarahan pasca melahirkan yang hebat.
Meski penyebab pasti plasenta akreta belum diketahui, keadaan inih diduga berkaitan dengan terjadinyah plasenta previa atau bekas operasi caesar pada persalinan sebelumnya. Plasenta akreta terjadi pada sekitar lima atau sepuluh persen wanita dengan plasenta previa, dan pada sekitar 60 persen wanita yang pernah beberapa kali menjalani operasi caesar .
Gejala Plasenta Akreta
Saat kehamilan berlangsung, plasenta akreta umumnyah tidak menimbulkan gejala atau tidak memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat mata. Sering kali keadaan inih terdeteksi oleh dokter umum / dokter spesialis ketika melakukan pemeriksaan USG saat konsultasi kehamilan. Namun pada sebagian kasus, plasenta akreta dapat menyebabkan perdarahan dari vagina di minggu ke-28 sampai ke-40 masa kehamilan (trimester ketiga).
Tingkat keparahan plasenta akreta ditentukan berdasarkan seberapa lekat plasenta terhadap dinding rahim. Kasus yang paling sering terjadi adalah saat plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi lebih parah, yang disebut plasenta inkreta, terjadi jika plasenta berada semakin dalam pada dinding rahim hingga mencapai otot rahim. Pada kasus yang jarang terjadi, plasenta dapat menembus seluruh dinding rahim hingga melekat pada organ lain, seperti kandung kemih. Kondisi inih disebut plasenta perkreta.
Penyebab Plasenta Akreta
Plasenta akreta diduga berkaitan dengan tingginyah kadar protein bernama alpha-fetoprotein (AFP) yang dihasilkan janin, dan dapat dideteksi dari darah ibu hamil. Kondisi lapisan rahim yang tidak normal juga diduga dapat menimbulkan plasenta akreta, seperti jaringan parut pasca operasi caesar atau operasi lain di rahim. Meskipun begitu, penyebab pasti plasenta akreta belum diketahui secara pasti.
Sebenarnyah risiko seorang wanita terkena plasenta akreta bisa terus meningkat tiap kali dirinyah hamil, terlebih lagi jika berusia di atas 35 tahun. Selain itu,risiko wanita mengalami plasenta akreta juga meningkat apabila:
- Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil, yang mana seharusnyah plasenta berada di puncak rahim.
- Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir).
- Memiliki keadaan rahim yang tidak normal, misalnyah terdapat miom.
Diagnosis Plasenta Akreta
Diagnosis plasenta akreta biasanyah diawali dengan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat operasi caesar. Plasenta akreta dapat diketahui saat dokter umum / dokter spesialis melakukan pemeriksaan USG kehamilan. Setelah diketahui, dokter umum / dokter spesialis kandungan akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan posisi pertumbuhan plasenta dalam dinding rahim.
Pemeriksaan lanjutan dengan menggunakan alat pindai MRI, dapat membantu dokter umum / dokter spesialis mengetahui lokasi akurat plasenta dalam dinding rahim
Penanganan Plasenta Akreta
Begitu seorang wanita hamil terdiagnosis mengalami plasenta akreta, maka dokter umum / dokter spesialis akan mengamati keadaan perkembangan kehamilan dan merencanakan waktu persalinan dengan berbagai persiapan untuk keadaan darurat, guna memastikan persalinan berjalan dengan aman. Jika terjadi perdarahan pada trimester ketiga, dokter umum / dokter spesialis akan menganjurkan pada pasien agar istirahat total dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Persalinan akan dilakukan secara operasi caesar. Operasi inih dibuat berdasarkan kesepakatan pasien dengan dokter umum / dokter spesialis mengingat keadaan pasien dan risiko perdarahan pasca persalinan.
Bagi penderita yang ingin memiliki anak kembali atau keadaan plasenta akreta belum terlalu parah, maka operasi dapat dilakukan dengan mempertahankan keberadaan rahim. Namun perlu diingat bahwa tindakan operasi caesar dengan memisahkan plasenta dari dinding rahim sendiri berisiko menimbulkan perdarahan hebat yang dapat membahayakan nyawa. Selain itu, operasi dengan meninggalkan sebagian besar plasenta guna mempertahankan rahim akan mengakibatkan risiko terjadinyah komplikasi serius.
Pilihan lain yang dapat dilakukan adalah operasi caesar yang diikuti histerektomi (operasi pengangkatan rahim) untuk mencegah kehilangan darah yang banyak akibat tindakan memisahkan plasenta dari dinding rahim. Operasi caesar dan histerektomi inih juga perlu dilakukan bagi penderita plasenta akreta yang sudah parah dan meluas. Histerektomi juga dianjurkan dokter umum / dokter spesialis tatkala terjadi perdarahan kembali setelah operasi caesar yang masih menyisakan sebagian besar plasenta. Pasca penanganan yang tepat, penderita biasanyah dapat pulih kembali tanpa menimbulkan komplikasi jangka panjang.
Komplikasi Plasenta Akreta
Komplikasi serius dapat terjadi setelah persalinan, baik dengan histerektomi maupun tidak. Komplikasi pada operasi yang masih menyisakan sebagian besar plasenta, dapat terjadi infeksi, perdarahan yang membahayakan nyawa, emboli paru atau penyumbatan dari gumpalan darah yang terlepas dan menyumbat pada arteri paru-paru. Komplikasi juga dapat terjadi pada kehamilan berikutnya, yaitu keguguran, plasenta akreta terjadi kembali, atau kelahiran prematur.
Di sisi lain, operasi caesar dengan histerektomi juga dapat menimbulkan komplikasi berupa infeksi luka operasi, reaksi alergi terhadap obat bius, serta terbentuknyah gumpalan darah.
Komplikasi lain yang dapat terjadi akibat plasenta akreta adalah kerusakan organ, seperti paru-paru akibat acute respiratory distress syndrome, atau ginjal akibat gagal ginjal.
Belum ada Komentar untuk "Plasenta Akreta"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.