Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit inih menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga penderitanya sulit bernapas.
Sebagian besar pederita PPOK adalah orang-orang yang berusia paruh baya dan perokok. Penderita penyakit inih memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Berdasarkan bagian paru yang mengalami kerusakan, penyakit paru obstruksi kronis dapat dibagi menjadi 2, yaitu bronkitis kronis dan emfisema. Kedua jenis inih berkembang secara perlahan. Pada bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran bronkus, sedangkan pada emfisema kerusakan terjadi pada bagian kantong udara atau alveolus.
Baik bronkitis kronis maupun emfisema umumnyah tidak menunjukkan gejala-gejela khusus pada tahap awal. Gejala kedua penyakit inih atau yang selanjutkan akan disebut sebagai PPOK baru muncul ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru, umumnyah dalam waktu bertahun-tahun.
Sejumlah gejala PPOK yang bisa terjadi dan sebaiknyah diwaspadai, yaitu:
- Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh
- Napas tersengal-sengal, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
- Mengi atau sesak napas dan berbunyi
- Lemas
- Penurunan berat badan
- Nyeri dada
- Kaki, pergelangan kaki, atau tungkai menjadi bengkak
- Bibir atau kuku jari berwarna biru
Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dari tenggorokan, saluran pernapasan terbagi menjadi 2 cabang yang menuju paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru, saluran pernapasan terbagi lagi menjadi banyak cabang yang berujung pada kantong kecil (alveoli) tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Paru-paru mengandalkan kelenturan alami dari saluran udara dan alveoli untuk mendorong udara berisi karbon dioksida keluar dari tubuh. Saat mengalami penyakit paru obstruktif kronis, baik alveoli dan seluruh cabang saluran napas menjadi tidak lentur lagi, sehingga sulit mendorong udara.
Selain itu, saluran pernapasan juga menjadi bengkak dan menyempit, serta memproduksi banyak dahak. Akibatnya, karbon dioksida tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan pasokan oksigen juga menjadi berkurang.
Ada beberapa keadaan yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit paru obstrukstif kronis, yaitu
- Pajanan asap rokok
- Polusi udara
- Berusia 40 tahun ke atas
- Menderita penyakit asma
- Memiliki keluarga dengan riwayat PPOK
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Dokter akan menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan (termasuk riwayat merokok), serta memeriksa keadaan fisik pasien . Pemeriksaan fisik terutama pada paru-paru.
Tes fungsi paru-paru (spirometri) akan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut spirometer. Fungsi paru-paru akan dinilai melalui volume hembusan napas pasien, yang dikonversikan dalam sebuah grafik.
Jika dibutuhkan, dokter umum / dokter spesialis akan menganjurkan beberapa pemeriksaan penunjang lainnya, seperti:
- Tes darah, untuk memastikan apakah pasien menderita penyakit lain, seperti anemia dan polisitemia, yang memiliki gejala serupa dengan PPOK. Tes darah juga digunakan untuk memeriksa antitripsin alfa-1.
- Analisis gas darah arteri, untuk melihat kandungan oksigen dan karbondioksida dalam darah.
- Foto Rontgen dada, untuk mendeteksi ganguan pada paru-paru.
- CT scan, untuk melihat gambaran paru-paru secara lebih detail.
- Elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram, untuk memeriksa keadaan jantung.
- Pengambilan sampel dahak, untuk mengetahui kemungkinan adanyah bakteri atau jamur.
Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Hingga saat ini, PPOK termasuk penyakit yang belum bisa disembuhkan. Pengobatannyah bertujuan untuk meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit ini.
Meski demikian, kombinasi pengobatan yang tepat dapat mengendalikan gejala PPOK, sehingga penderita dapat menjalani kegiatan dengan normal. Beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan meliputi:
Penggunaan obat-obatan
Obat yang umumnyah diberikan dokter umum / dokter spesialis paru untuk mengatasi gejala PPOK adalah inhaler (obat hirup). Contohnyah adalah kombinasi bronkodilator yang melebarkan saluran pernapasan, dengan obat hirup kortikosteroid yang mengurangi peradangan pada jalan napas.
Jika obat hirup atau terapi aerosol belum bisa mengendalikan gejala PPOK, maka dokter umum / dokter spesialis dapat memberikan obat minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang biasa diberikan adalah:
- Teofilin untuk melegakan napas dan membuka jalan napas
- Mukolitik untuk mengencerkan dahak atau lendir
- Kortikosteroid untuk mengurangi peradangan saluran pernapasan
- Antibiotik jika terjadi tanda-tanda infeksi paru-paru
Fisioterapi dada
Program fisioterapi dada atau dikenal juga dengan rehabilitasi paru-paru dilakukan untuk memberikan edukasi mengenai PPOK, efeknyah terhadap keadaan psikologi, dan pola makan yang sebaiknyah dilakukan, serta memberikan latihan fisik dan pernapasan untuk penderita PPOK seperti berjalan dan mengayuh sepeda.
Operasi
Tindakan inih hanyah dilakukan pada penderita PPOK yang gejalanyah tidak dapat direndakan dengan pemberian obat atau terapi. Contohnyah adalah transplantasi paru-paru, yaitu operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk diganti dengan paru-paru sehat dari donor.
Di samping penanganan medis, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh penderita untuk menghambat bertambahnyah kerusakan pada paru-paru. Di antaranyah adalah:
- Berhenti merokok atau menghindari pajanan asap rokok
- Menghindari polusi udara, misalnyah asap kendaraan bermotor
- Memasang alat pelembap udara ruangan (air humidifier)
- Menjaga pola makan yang sehat dan rutin berolahraga
- Menjalani vaksinasi secara rutin, contohnyah vaksin flu dan pneumokokus
- Memeriksakan diri ke dokter umum / dokter spesialis secara rutin agar keadaan kesehatan terpantau
Belum ada Komentar untuk "Penyakit Paru Obstruktif Kronis"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.