Spermatokel
Spermatokel adalah kista yang terbentuk di epididimis, yaitu tabung kecil di bagian atas testikel yang berfungsi mengumpulkan dan menyalurkan sperma. Kista tersebut berisi cairan bening, yang bisa saja mengandung sperma. Spermatokel umumnyah jinak dan tidak menimbulkan nyeri. Kondisi inih juga dikenal dengan sebutan kista spermatik atau kista epididimis.
Spermatokel tidak terkait dengan kesuburan pria. Tetapi, ukuran spermatokel yang cukup besar bisa memengaruhi jumlah dan kualitas sperma. Bagi pasien yang sudah satu tahun menjalani program kehamilan bersama pasangan, namun belum juga memiliki anak, disarankan segera ke dokter umum / dokter spesialis agar dilakukan pemeriksaan.
Gejala Spermatokel
Spermatokel umumnyah tidak menimbulkan gejala apa pun bila tidak membesar. Namun, penderita bisa merasakan benjolan kecil dan padat di atas atau di belakang testikel (testis). Pada kasus spermatokel yang membesar, penderita akan merasakan nyeri, disertai sensasi berat dan penuh pada testis yang memiliki kista.
Penyebab dan Faktor Risiko Spermatokel
Spermatokel terjadi akibat penumpukan sperma di epididimis. Namun demikian, belum diketahui apa yang menyebabkan penumpukan tersebut. Pada banyak kasus, keadaan inih terjadi secara spontan tanpa didahului cedera, infeksi, atau peradangan. Spermatokel umumnyah dialami pria usia 40 tahun dan jarang menimpa anak-anak.
Diagnosis Spermatokel
Diagnosis spermatokel bisa diperoleh melalui pemeriksaan fisik, yaitu dengan meraba skrotum (kantung testis) untuk mencari area yang keras atau nyeri saat disentuh. Bila diperlukan, dokter umum / dokter spesialis akan menjalankan sejumlah pemeriksaan tambahan, seperti:
- Transiluminasi. Dilakukan dengan memancarkan cahaya ke skrotum, untuk melihat apakah benjolan tersebut berisi cairan atau berupa benjolan padat (tumor).
- USG testis. USG testis dilakukan bila transiluminasi tidak bisa memastikan karakteristik benjolan. Dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi, dokter umum / dokter spesialis dapat melihat struktur benjolan pada skrotum.
Pengobatan Spermatokel
Meski tidak dapat hilang dengan sendirinya, spermatokel umumnyah tidak memerlukan pengobatan. Namun bila spermatokel membesar dan menimbulkan rasa sakit, dokter umum / dokter spesialis akan meresepkan obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen. Pengobatan lain yang dapat dilakukan antara lain:
Spermatocelectomy
Spermatocelectomy dilakukan dengan membuat sayatan di skrotum untuk mengangkat spermatokel dari epididimis, dengan didahului pemberian bius lokal atau bius total. Tergantung pada keadaan pasien, dokter umum / dokter spesialis bisa mengangkat spermatokel dan sebagian atau seluruh epididimis. Bila operasi dilakukan dengan bius lokal, pasien bisa langsung pulang setelah menjalani prosedur ini, dan mengompres area skrotum dengan es untuk mengurangi pembengkakan, serta mengonsumsi obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pasien juga perlu menjalani pemeriksaan lanjutan antara 1-3 minggu pasca operasi.
Aspirasi cairan
Aspirasi atau sedot cairan dilakukan menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke skrotum untuk menyedot cairan spermatokel. Pada kasus spermatokel yang kambuh kembali, dokter umum / dokter spesialis akan menjalankan aspirasi disertai skleroterapi. Skleroterapi adalah tindakan penyuntikan cairan kimia ke spermatokel, untuk membentuk jaringan parut dan mencegah spermatokel kembali terbentuk.
Komplikasi Spermatokel
Komplikasi yang mungkin terjadi pada spermatokel adalah komplikasi pasca operasi, meliputi cedera pada epididimis atau cedera pada tabung penyalur sperma ke penis (vas deferens). Cedera di kedua bagian itu dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Selain itu, spermatokel juga dapat kambuh kembali pasca operasi, meski jarang terjadi.
Pencegahan Spermatokel
Meski tidak ada cara untuk mencegah spermatokel, namun penting untuk melakukan pemeriksaan mandiri secara rutin pada skrotum, minimal sebulan sekali. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan berdiri di depan cermin dan meraba skrotum. Semakin rutin pemeriksaan dilakukan, semakin mudah Anda menyadari jika ada perubahan atau tumbuh benjolan pada skrotum. Bila merasakan ada kelainan, segera konsultasi ke dokter umum / dokter spesialis agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Belum ada Komentar untuk "Spermatokel"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.