Enuresis
Enuresis atau mengompol adalah ketidakmampuan dalam mengendalikan keluarnyah urine, sehingga urine keluar tanpa disengaja. Kondisi inih umumnyah dialami anak-anak, terutama di bawah usia 7 tahun. Saat seseorang mengompol pada waktu siang hari, maka hal tersebut dinamakan enuresis diurnal, sedangkan jika mengompol di malam hari, maka disebut enuresis nokturnal. Sebagian anak umumnyah mengalami enuresis nokturnal, meski dapat juga mengalami keduanya.
Urine yang dihasilkan ginjal akan terkumpul di kandung kemih. Dalam keadaan normal, saraf pada dinding kandung kemih mengirim pesan ke otak jika kandung kemih sudah penuh, yang direspons otak dengan mengirim pesan pada kandung kemih agar mengatur pengosongan kandung kemih, hingga orang siap berkemih di kamar mandi. Namun pada enuresis, terjadi gangguan dalam proses tersebut sehingga menyebabkan orang mengompol tanpa disengaja.
Pada anak-anak, pengendalian kandung kemih yang baik sehingga anak tidak mengompol lagi, biasanyah tercapai pada usia sekitar 4 tahun. Pengendalian kandung kemih saat siang hari biasanyah tercapai lebih dahulu, yang disusul dengan pengendalian kandung kemih di malam hari, Kendati demikian, usia pengendalian kandung kemih dapat berbeda-beda pada setiap anak.
Di samping pengendalian kandung kemih, beberapa keadaan medis juga dapat menimbulkan enuresis pada anak-anak. Enuresis dapat menjadi pengalaman memalukan bagi anak dan orang tua. Untuk mengatasinya, beberapa upaya bisa dilakukan agar anak tidak mengompol lagi.
Gejala Enuresis
Enuresis dapat menjadi gejala dari keadaan tertentu yang memerlukan penanganan medis, dan biasanyah ditandai dengan:
- Anak masih mengompol setelah usia 7 tahun.
- Mengompol diikuti rasa sakit saat berkemih.
- Rasa haus yang berlebihan.
- Mendengkur.
- Urine berwarna merah muda atau merah.
- Tinja menjadi keras.
- Anak kembali mengompol setelah beberapa bulan sudah tidak mengompol.
Penyebab Enuresis
Sejauh inih penyebab pasti enuresis atau mengompol belum dapat dipastikan. Kendati demikian, beberapa faktor memiliki peran dalam perkembangan enuresis, di antaranya:
- Gangguan hormon. Gangguan tersebut terjadi pada hormon antidiuretik (ADH), yang berfungsi untuk menurunkan produksi urine. Hormon ADH pada penderita enuresis tidak mencukupi sehingga tubuh memproduksi lebih banyak urine, terutama saat malam hari.
- Masalah pada kandung kemih. Masalah tersebut dapat berupa kandung kemih yang terlalu kecil hingga tidak dapat menampung jumlah urine yang banyak, otot kandung kemih yang terlalu tegang sehingga tidak dapat menahan jumlah urine yang normal, radang kandung kemih (cystitis), serta kesalahan sistem saraf yang mengendalikan kandung kemih sehingga tidak memberi peringatan atau tidak dapat membangunkan anak yang sedang tidur saat kandung kemih penuh.
- Gangguan tidur. Mengompol merupakan salah satu tanda terjadinyah gangguan sleep apnea, di mana penapasan terganggu saat tidur, salah satunyah karena amandel atau kelenjar adenoid yang membesar. Gangguan tidur lain terjadi saat anak tidur terlalu nyenyak hingga tidak bangun ketika akan berkemih.
- Gangguan enuresis dapat diturunkan dari orang tua, dan biasanyah terjadi pada umur yang sama.
- Terlalu banyak mengonsumsi kafein. Hal inih dapat membuat sering berkemih.
- Kondisi medis. Beberapa keadaan medis yang memicu enuresis, antara lain diabetes, infeksi saluran kemih, struktur saluran urine yang abnormal, konstipasi, cedera saraf tulang belakang, serta cedera saat berolahraga atau kecelakaan.
- Gangguan psikologis. Stres atau tekanan psikologis juga dapat menyebabkan Pada anak-anak, stres dapat terpicu oleh kematian kerabat, adaptasi ke lingkungan baru, atau pertengkaran dalam keluarga. Selain itu, belajar untuk buang air kecil di toilet (toilet training) yang dipaksakan atau dimulai pada usia yang terlalu dini, juga dapat menjadi faktor yang berperan dalam enuresis.
Meski enuresis dapat terjadi pada pria dan wanita, sebagian besar kasusnyah diderita oleh pria dan anak dengan ADHD.
Berdasarkan penyebabnya, enuresis dapat terbagi menjadi dua, yaitu enuresis primer dan sekunder. Enuresis primer menunjukkan gangguan sistem saraf dalam mengendalikan kandung kemih sehingga anak tidak bisa menyadari sensasi saat kandung kemih penuh. Sementara enuresis sekunder menunjukkan adanyah keadaan fisik atau psikologis, seperti diabetes, gangguan struktur saluran urine, atau stres.
Diagnosis Enuresis
Diagnosis enuresis dilakukan setelah anak berusia 5-7 tahun. Usai membicarakan gejala yang dialaminyah dan melakukan pemeriksaan fisik pasien, dokter umum / dokter spesialis juga perlu menemukan keadaan yang membuat pasien mengompol. Pencarian penyebab tersebut dapat dilakukan dengan:
- Tes urine (urinalisis). Pemeriksaan inih bertujan mengidentifikasi terjadinyah infeksi, diabetes, atau konsumsi obat yang menimbulkan efek samping enuresis.
- Pemindaian dengan foto Rontgen atau MRI untuk melihat keadaan ginjal, kandung kemih, serta struktur saluran urine.
Pengobatan Enuresis
Sebagian besar penderita enuresis dapat pulih dengan sendirinya. Tetapi dokter umum / dokter spesialis akan menganjurkan perubahan pola hidup untuk mengurangi frekuensi mengompol. Perubahan pola hidup tersebut berupa:
- Membatasi asupan cairan di malam hari.
- Mendorong anak untuk sering berkemih, setidaknyah tiap dua jam sekali, terutama saat sebelum tidur atau jika terbangun.
Jika terdapat keadaan medis khusus yang menyebabkan seseorang mengalami enuresis, seperti sleep apnea atau konstipasi, maka keadaan tersebut perlu ditangani lebih dahulu sebelum mengatasi gangguan mengompol.
Jika perubahan pola hidup belum dapat meredakan enuresis, maka dokter umum / dokter spesialis dapat melakukan terapi untuk mengubah perilaku. Terapi tingkah laku inih dapat dilakukan dengan:
- Menggunakan sistem alarm yang dapat berbunyi saat anak mengompol. Terapi inih bertujuan meningkatkan respons terhadap sensasi kandung kemih penuh, terutama saat malam hari. Terapi inih cukup efektif dalam meredakan gangguan mengompol.
- Latihan kandung kemih. Dalam teknik ini, anak dibiasakan berkemih di kamar mandi dengan interval waktu yang semakin lama ditingkatkan agar anak terbiasa menahan urine untuk jangka waktu lebih lama. Latihan inih juga dapat membantu meregangkan ukuran kandung kemih.
- Pemberian imbalan setiap kali anak berhasil mengendalikan dorongan kandung kemih sehingga tidak mengompol.
- Teknik membayangkan citra positif. Teknik membayangkan atau memikirkan akan terbangun dalam keadaan kering dan tidak mengompol, dapat membantu anak berhenti mengompol.
Jika upaya tersebut belum dapat memperbaiki gangguan enuresis, maka dokter umum / dokter spesialis dapat memberikan obat, antara lain:
- Obat untuk menurunkan produksi urine pada malam hari, contohnyah desmopressin, Pemberian obat inih tidak dianjurkan jika anak juga mengalami demam, diare, atau mual. Obat inih diberikan secara oral dan hanyah diperuntukkan bagi anak di atas usia 5 tahun.
- Obat pelemas otot kandung kemih. Obat inih diberikan jika anak memiliki kandung kemih yang kecil, dan berfungsi mengurangi kontraksi dinding kandung kemih serta memperbesar kapasitasnya. Contoh obat jenis inih adalah oxybutynin.
Meski pemberian obat dapat meredakan gangguan mengompol, gangguan inih dapat kembali lagi saat konsumsi obat sudah dihentikan. Di sisi lain, pertimbangan efek samping juga perlu diperhatikan sebelum memberikan obat-obatan tersebut pada anak. Oleh karena itu, sebaiknyah pemberian obat inih dikombinasikan dengan terapi tingkah laku. Pemberian obat dapat membantu terapi tingkah laku hingga terapi tersebut dapat menunjukkan perbaikan keadaan penderita.
Sebagian besar penderita enuresis dapat terbebas dari gangguan mengompol saat usia bertambah, dengan penyembuhan spontan dari diri sendiri. Hanyah sedikit kasus enuresis yang bertahan hingga usia dewasa.
Komplikasi Enuresis
Enuresis biasanyah tidak menimbulkan komplikasi yang parah pada penderitanya. Komplikasi yang ditimbulkan bisa berupa masalah psikologi, yaitu adanyah rasa malu dan bersalah hingga menurunkan rasa kepercayaan diri atau kehilangan kesempatan untuk melakukan kegiatan bersama orang lain, seperti menginap di rumah teman atau berkemah. Selain itu, karena sering mengompol, maka komplikasi yang dapat timbul adalah ruam di bagian dubur atau kelamin
Belum ada Komentar untuk "Enuresis"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.