Proktitis
Proktitis adalah peradangan pada dinding usus besar bagian akhir atau rektum. Peradangan inih membuat penderita proktitis merasa perut mulas, sakit perut dan dubur, diare, serta BAB berdarah dan berlendir.
Proktitis dapat disebabkan oleh penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, serta penyakit menular seksual akibat berhubungan seks anal tanpa kondom.
Untuk mencegah proktitis, salah satu caranya adalah dengan tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Jika seseorang diduga menderita proktitis, dokter umum / dokter spesialis akan melakukan sejumlah tes, di antaranyah tes feses, tes darah, dan kolonoskopi. Segera konsultasikan ke dokter umum / dokter spesialis jika Anda merasakan gejala proktitis.
Gejala Proktitis
Proktitis ditandai dengan perut mulas atau rasa ingin buang air besar (BAB) terus-menerus. Gejala inih bisa berlangsung sementara atau berkepanjangan (kronis) hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain itu, ada sejumlah gejala lain yang menandakan terjadinya proktitis, yaitu:
Kapan harus ke dokter
Kontrol secara rutin dengan dokter umum / dokter spesialis bila sering bergonta-ganti pasangan seksual. Hal inih bertujuan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual atau mendeteksinyah lebih dini.
Anda juga perlu pergi ke dokter umum / dokter spesialis jika mengalami gejala proktitis, seperti perut mulas, sakit pada dubur, serta BAB berdarah atau berlendir.
Penyebab Proktitis
Proktitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik karena penyakit, penggunaan obat-obatan, maupun gaya hidup yang tidak sehat. Faktor-faktor penyebab itu akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:
- Penyakit menular seksual
Gonore, sifilis, herpes, atau klamidia merupakan penyakit menular seksual penyebab proktitis yang paling sering terjadi. Kondisi inih dapat terjadi pada orang-orang yang sering melakukan seks anal. - Infeksi bakteri
Bakteri yang berasal dari makanan dapat menyebabkan infeksi saluran cerna, seperti tifus, sehingga memicu peradangan pada rektum. - Radang usus
Sebagian penderita penyakit radang usus, yaitu penyakit Crohn atau kolitis ulseratif, juga mengalami peradangan pada rektum. - Penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dokter
Tidak hanyah membunuh bakteri penyebab infeksi, antibiotik yang digunakan juga ikut membunuh bakteri baik yang berfungsi menjaga kesehatan saluran cerna. Akibatnya, berbagai bakteri berbahaya, seperti Clostridium difficile, dapat tumbuh dan berkembang biak di rektum. Oleh karena itu, jangan menggunakan antibiotik sembarangan. Sebelum menggunakan antibiotik, konsultasikan dulu dengan dokter umum / dokter spesialis mengenai manfaat dan risikonya. - Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi untuk menangani kanker yang berada di sekitar rektum, seperti kanker prostat atau ovarium, dapat menyebabkan peradangan pada rektum. - Efek samping operasi
Proktitis dapat terjadi pada penderita yang menjalani operasi usus besar dan pembuatan stoma (lubang buatan baru di perut untuk BAB). Rektum yang tidak dilewati makanan justru berisiko mengalami peradangan. - Reaksi terhadap protein dari makanan
Bayi yang minum susu sapi atau susu kedelai lebih berpotensi mengalami proktitis. Hal inih karena protein tertentu dalam susu dan makanan dapat menimbulkan peradangan saluran cerna pada sebagian orang.
Diagnosis Proktitis
Gejala proktitis mirip dengan gejala gangguan pencernaan lainnya. Oleh karena itu, pemeriksaan dokter umum / dokter spesialis sangat penting dilakukan untuk mengetahui penyebab dari gejala yang dirasakan penderita.
Pada tahap awal, dokter umum / dokter spesialis akan menanyakan gejala, serta penyakit yang pernah atau sedang diderita pasien. Jika pasien diduga mengalami proktitis, dokter umum / dokter spesialis akan melakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui apakah proktitis disebabkan oleh bakteri.
Dokter gastroenterologi juga dapat melakukan kolonoskopi untuk memeriksa dinding usus bagian bawah dan rektum. Saat prosedur inih dilakukan, dokter umum / dokter spesialis akan mengambil sebagian kecil jaringan rektum untuk diperiksa di laboratorium (biopsi rektum).
Selain tindakan di atas, tes-tes lain yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis proktitis adalah:
- Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan terjadinya infeksi.
- Pengambilan sampel lendir dari rektum, untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit menular seksual atau tidak.
Hasil-hasil pemeriksaan tersebut akan membantu dokter umum / dokter spesialis dalam menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi pasien.
Pengobatan Proktitis
Tujuan utama pengobatan proktitis adalah untuk mengurangi peradangan, meredakan rasa sakit, dan menyembuhkan infeksi. Jenis pengobatan yang diberikan oleh dokter umum / dokter spesialis tergantung kepada penyebab dari proktitis. Pengobatan itu meliputi:
- Obat antibiotik, jika proktitis disebabkan oleh infeksi bakteri.
- Obat antivirus, jika proktitis disebabkan oleh infeksi akibat virus (misalnyah herpes).
- Obat pelunak tinja dan prosedur pelebaran rektum atau ablasi, jika proktitis disebabkan oleh efek samping radioterapi.
- Obat antiperadangan dan obat imunosupresif, jika proktitis disebabkan oleh radang usus.
Apabila gejala-gejala yang dialami pasien tidak kunjung hilang, dokter umum / dokter spesialis dapat melakukan operasi pengangkatan jaringan yang rusak untuk mengobati proktitis.
Di samping penanganan medis, peradangan dan nyeri ringan dapat diredakan dengan cara-cara sederhana, seperti:
- Menghindari kebiasaan makan sesaat sebelum tidur, agar sistem pencernaan dapat beristirahat.
- Merendam bokong dan selangkangan dengan air hangat selama beberapa menit.
- Menggunakan obat pereda sakit yang dijual bebas pasaran.
- Menghindari makanan pedas, asam, atau berlemak.
- Minum banyak air putih.
- Menghindari konsumsi minuman yang mengandung soda, kafein, dan susu.
Komplikasi Proktitis
Proktitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berupa:
- Anemia akibat pendarahan berkelanjutan.
- Infeksi bernanah (abses) pada area yang terinfeksi.
- Borok di dalam dinding rektum.
- Fistula ani, yaitu saluran abnormal yang terbentuk antara usus dengan kulit di sekitar dubur.
- Fistula rektovagina, yaitu saluran abnormal yang terbentuk antara rektum dan vagina, sehingga feses dapat keluar ke vagina.
Pencegahan Proktitis
Untuk mengurangi risiko terkena proktitis, Anda dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko, yaitu bergonta-ganti pasangan dan tanpa menggunakan kondom. Selain itu, cara yang dapat dilakukan untuk mencegah proktitis adalah:
- Tidak melakukan hubungan seks terlebih dahulu jika pasangan Anda memiliki luka di sekitar organ kelamin.
- Tidak menggunakan NAPZA dan tidak mengonsumsi alkohol.
Belum ada Komentar untuk "Proktitis"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.