Amonium Klorida
Amonium klorida adalah salah satu bahan yang digunakan di dalam kandungan obat batuk. Amonium klorida menghasilkan efek ekspektoran yaitu mengencerkan dahak, sehingga penderita lebih mudah mengeluarkannya.
Selain untuk obat batuk, amonium klorida bentuk suntikan juga bermanfaat untuk mengatasi rendahnyah klorida dalam darah dan alkalosis metabolik. Alkalosis merupakan gangguan pH darah menjadi terlalu basa. Amonium klorida bekerja dengan meningkatkan klorida dan meningkatkan ion hidrogen bebas dalam darah sehingga darah menjadi lebih asam. Namun hingga saat ini, amonium klorida bentuk injeksi belum tersedia di Indonesia.
Merek dagang: OBH Molex, Cough-En, Ramadryl Atusin, Hufadryl Expectorant, Ikadryl DMP, New Mentasin, Samcodryl, Novadryl, Dexyl, Defadryl Expectorant, Tropidryl
Tentang Amonium Klorida
Golongan | Obat ekspektoran (oral) dan suplemen elektrolit (injeksi) |
Kategori | Obat bebas (untuk obat batuk) |
Manfaat | Mengencerkan dahak (oral) dan mengatasi klorida dalam darah dan mengatasi alkalosis metabolik (suntik) |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan anak-anak |
Kategori kehamilan dan menyusui | Kategori N (tablet/sirop): Belum dikategorikan. Keamanan obat selama kehamilan belum ditetapkan, meskipun belum ditemukan bukti baik terkait penggunaan obat pada kehamilan atau risiko kelainan pada janin. Kategori C (injeksi): Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanyah efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanyah boleh digunakan jika besarnyah manfaat yang diharapkan melebihi besarnyah risiko terhadap janin.Amonium klorida belum diketahui dapat diserap ke dalam ASI atau tidak. Konsultasikan dengan dokter umum / dokter spesialis bila Anda sedang menyusui dan berencana minum obat batuk yang mengandung amonium klorida. |
Bentuk obat | Tablet dan sirop |
Peringatan:
- Amonium klorida (tablet/sirop)
- Hindari mengonsumsi amonium klorida jika memiliki alergi terhadap obat ini.
- Hindari mengonsumsi amonium klorida jika sedang mengonsumsi obat batuk lainnya.
- Beri tahu dokter umum / dokter spesialis jika memiliki asma atau menderita batuk kronis.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi amonium klorida, segera hubungi dokter.
- Amonium klorida (injeksi)
- Beri tahu dokter umum / dokter spesialis jika memiliki alergi terhadap amonium klorida.
- Beri tahu dokter umum / dokter spesialis apabila saat inih Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat-obatan lainnya, termasuk suplemen dan produk herba.
- Harap berhati-hati jika memiliki gangguan kesehatan, seperti penyakit ginjal dan hati, gangguan irama jantung, atau kondisi kekurangan natrium (hiponatremia).
- Segera hubungi dokter umum / dokter spesialis jika muncul tanda atau gejala keracunan amonium, seperti pucat, berkeringat, napas tidak beraturan, muntah, bradikardia, artimia, dan kejang.
Dosis Amonium Klorida
Belum ada penelitian mengenai dosis yang tepat untuk penggunaan amonium klorida sebagai ekspektoran dalam obat batuk. Ikuti informasi dalam kemasan atau ikuti anjuran dokter umum / dokter spesialis dalam mengonsumsi obat batuk, baik tablet maupun sirop.
Untuk amonium klorida dalam bentuk suntikan akan diberikan sesuai dengan petunjuk dokter.
Menggunakan Amonium Klorida dengan Benar
Ikutilah anjuran dokter umum / dokter spesialis dan bacalah informasi obat yang tertera pada label kemasan sebelum mengonsumsi amonium klorida.
Untuk amonium klorida berbentuk tablet, maka telanlah obat dengan air putih. Jangan menghancurkan, mengunyah, atau membelah tablet karena dapat meningkatkan efek samping.
Jika amonium klorida berbentuk sirop, kocoklah botol terlebih dahulu agar seluruh kandungan dalam obat tercampur dengan baik. Gunakan sendok takar yang umumnyah telah disediakan dalam kemasan, untuk menakar dosis obat. Jangan gunakan sendok makan biasa karena dosis dapat berbeda.
Penggunaan amonium klorida dalam bentuk suntikan ke pembuluh darah atau infus umumnyah dilakukan oleh tenaga medis sesuai petunjuk dokter.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnyah dan usahakan untuk selalu mengonsumsi amonium klorida pada jam yang sama setiap harinya.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi amonium klorida, disarankan untuk segera melakukannyah begitu ingat, jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnyah tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Simpanlah amonium klorida pada suhu ruangan dan di dalam wadah tertutup untuk menghindari paparan sinar matahari, serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Interaksi Obat
Amonium klorida dalam bentuk tablet atau sirop umumnyah tidak menimbulkan efek interaksi yang bersifat signifikan, dengan obat atau produk medis lainnya. Namun, untuk amonium klorida dalam bentuk suntikan, bila digunakan bersama dengan obat spironolactone dapat meningkatkan risiko asidosis.
Efek Samping Amonium Klorida
Amonium klorida dalam bentuk tablet atau sirop umumnyah aman dikonsumsi selama digunakan sesuai dosis yang dianjurkan. Efek samping yang mungkin terjadi biasanyah bersifat ringan, seperti pusing, mual, muntah, dan mengantuk. Namun jika amonium klorida dikonsumsi dalam dosis yang tinggi, maka dapat meningkatkan risiko terjadinyah asidosis dan hipokalemia, sehingga menimbulkan gangguan pernapasan, sakit kepala, dan rasa kantuk.
Efek samping yang umumnyah muncul ketika menggunakan amonium klorida dalam bentuk suntikan adalah nyeri dan iritasi di area injeksi atau sepanjang pembuluh darah jika laju infus terlalu cepat. Efek samping lain yang mungkin muncul, antara lain:
- Mengantuk
- Mual
- Muntah
- Nyeri lambung
- Hipokalemia
- Kekurangan kalsium
- Asidosis metabolik
- Kejang
- Gangguan kesadaran atau mental
Belum ada Komentar untuk "Amonium Klorida"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.