Itraconazole
Itraconazole adalah yaitu obat untuk mengatasi infeksi jamur dengan cara menghambat pertumbuhan sel jamur. Jamur atau fungi bisa mengakibatkan infeksi di mulut, kulit, atau vagina. Penderita HIV/AIDS, orang yang minum obat imunosupresan (seperti kortikosteroid), dan pasien yang menjalani kemoterapi lebih rentan terkena infeksi jamur karena sistem kekebalan tubuh yang lemah atau tidak berfungsi dengan baik.
Merek dagang: Sporanox, Sporax, Mycotrazol, Fungitrazol, Sporacid, Tracor, Nufatrac, Itzol, Petrazole, Itraconazole, Spyrocon, Sporadal, Forcanox, Trachon, Igrazol
Tentang Itraconazole
Golongan | Antijamur |
Kategori | Obat resep |
Manfaat | Mengobati infeksi jamur |
Dikonsumsi oleh | Dewasa dan anak-anak ≥ 3 tahun |
Kategori kehamilan dan menyusui | Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanyah efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanyah boleh digunakan jika besarnyah manfaat yang diharapkan melebihi besarnyah risiko terhadap janin.Itraconazole dapat diserap ke dalam ASI, tidak boleh digunakan selama menyusui. |
Bentuk obat | Kapsul |
Peringatan:
- Jangan menggunakan itraconazole untuk mengobati jamur kuku pada pasien gagal jantung.
- Hentikan pemberian itraconazole jika muncul gejala gagal jantung.
- Jangan menggunakan itraconazole pada pasien gangguan hati dan ginjal.
- Sejumlah pasien melaporkan terjadinyah gangguan pendengaran sementara atau permanen setelah mengonsumsi itraconazole.
- Beri tahu dokter umum / dokter spesialis jika alergi pada obat inih atau obat antijamur lainnya.
- Sebelum mengonsumsi obat ini, beri tahu dokter umum / dokter spesialis tentang riwayat penyakit yang pernah dialami, terutama penyakit liver, penyakit paru-paru, gagal ginjal, dan gagal jantung.
- Hindari konsumsi itraconazole saat terdapat penurunan fungsi hati.
- Itraconazole tidak boleh diberikan bersama obat-obatan ergotamine, irinotecan, ivabradine, midazolam, cisapride, lovastatin, simvastatin, ticagrelor, dan colchicine.
- Jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat jika sedang mengonsumsi obat ini. Hindari mengonsumsi alkohol selama menggunakan obat ini.
- Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi obat ini, segera temui dokter.
Dosis Itraconazole
Kondisi | Dosis |
Kurap pada tubuh (tinea corporis) atau lipat paha (tinea cruris) | 100 mg per hari, selama 15 hari, atau 200 mg per hari, selama 7 hari. |
Pencegahan infeksi jamur pada pasien AIDS dan pasien dengan sel darah putih rendah (neutropenia) | 200 mg per hari. Bila diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi 200 mg, 2 kali sehari. |
Panu | 200 mg per hari, selama 7 hari. |
Infeksi jamur dalam aliran darah | 100-200 mg, sekali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga 200 mg, 3 kali sehari, untuk infeksi jamur yang berat hingga mengancam nyawa. |
Candidiasis mulut dan tenggorokan | 100 mg per hari, selama 15 hari. Pada pasien AIDS dan neutropenia, dosis yang diberikan adalah 200 mg per hari, selama 15 hari. |
Candidiasis vagina | 200 mg, 2 kali sehari. Hanyah dikonsumsi untuk satu hari. |
Infeksi jamur kuku | 200 mg per hari, selama 3 bulan. |
Infeksi jamur pada tangan atau kaki | 100 mg per hari, selama 30 hari, atau 200 mg, 2 kali sehari, selama 7 hari. |
Mengonsumsi Itraconazole dengan Benar
Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter umum / dokter spesialis dalam mengonsumsi itraconazole.
Konsumsi itraconazole setelah makan dan telan dengan kapsul secara utuh. Minum obat inih secara teratur, pada waktu yang sama setiap harinya.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi itraconazole, disarankan untuk segera melakukannyah begitu ingat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi berikutnyah tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Teruskan konsumsi itraconazole meski gejala sudah menghilang. Berhenti mengonsumsi obat inih sebelum pengobatan selesai, bisa menyebabkan infeksi kembali terjadi.
Jika sedang mengonsumsi obat antasida, gunakan itraconazole 2 jam sebelumnyah atau 1 jam setelahnya.
Beri tahu dokter umum / dokter spesialis jika kondisi belum membaik setelah mengonsumsi itraconazole.
Interaksi Obat
Berikut inih adalah interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi itraconazole bersama dengan obat lainnya:
- Itraconazole bisa meningkatkan kadar sejumlah obat dalam darah, seperti alprazolam, antikoagulan, cilostazol, digoxin, kortikosteroid, midazolam, repaglinide, colchicine, dan irinotecan.
- Penyerapan itraconazole dalam darah bisa menurun, jika dikonsumsi bersama antasida dan antagonis reseptor hisatamin h2, seperti ranitidin.
- Meningkatkan efek inotropik negatif, yaitu efek melemaskan otot jantung, dari obat verapamil.
- Kadar itraconazole dalam darah bisa meningkat, jika dikombinasikan dengan erythromycin dan clarithromycin.
- Meningkatkan risiko gangguan pernapasan serius, jika dikonsumsi dengan fentanyl.
- Itraconazole bisa meningkatkan risiko salah satu jenis aritmia, yaitu prolonged QT, jika dikonsumsi bersama cisapride, methadone, dan terfenadine.
- Itraconazole dapat meningkatkan risiko miopati, jika digunakan bersama obat kolesterol golongan statin, misalnyah atorvastatin.
- Meningkatkan risiko ergotismus, yaitu keracunan ergotamine yang bisa mengakibatkan gangrene pada tungkai atau lengan.
Efek Samping Itraconazole
Efek samping yang mungkin timbul setelah mengonsumsi itraconazole, antara lain adalah:
- Mual
- Muntah
- Diare
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Badan mudah lelah
- Hepatitis
- Gatal
- Ruam
- Hipertensi
- Albuminuria
- Hipokalemia
- Demam
- Sakit kepala
- Pusing
- Gejala tidak enak badan (malaise)
- Bengkak pada salah satu bagian tubuh
- Peningkatan lemak trigliserida dalam darah
- Gairah seks menurun
Belum ada Komentar untuk "Itraconazole"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.